اكتساب
اللغة الثانية ونظريتها
PEMEROLEHAN BAHASA KEDUA DAN TEORINYA
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah علم اللغة النفسي الاجتماعي
Dosen Pengampu: Dr. Budiasyah, MA
Oleh:
Dasep Bayu A
NIM:
21180120000010
PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018 H/1440M
الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا
بِنِعْمَةِ اْلإِيْمَانِ وَاْلإِسْلاَمِ. وَنُصَلِّيْ وَنُسَلِّمُ عَلَى خَيْرِ
اْلأَنَامِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا
بَعْدُ:
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemerolehan Bahasa
Kedua (Bahasa Arab) dan Teorinya” dengan tepat waktu.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai pemerolehan bahasa
kedua (bahasa Arab) dan teorinya. penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah di buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan di masa yang akan
datang.
Jakarta, Desember 2018
Penulis
Dasep Bayu
A
BAB 1
Pendahuluan
A. Latar
Belakang
Manusia lahir ke
dunia ini
disertai dengan bahasa sebagai salah satu keunggulan dari
makhluk lainnya yang diciptakan Allâh Swt. Sehingga dengan bahasa ini menjadi
salah satu ciri keistimewaan manusia. Bahasa dalam konteks kemanusiaan pada
hakikatnya merupakan sesuatu yang mulia karena apabila manusia tanpa dibekali
bahasa tak mungkin dapat melakukan kreativitas-kreativitas yang sangat berguna.
Posisinya pun menjadi
sangat sentral dalam kehidupan dari masa ke masa.[1]
Bahasa
merupakan bagian sentral dalam kehidupan manusia. Manusia menggunakan bahasa
tidak hanya sebatas survival layaknya binatang. Manusia menggunakan bahasa
untuk berbagai segi dalam kehidupan. Oleh karena itu, manusia dibekali LAD
(Language Acquisition Devicion) sehingga mampu mengembangkan diri dalam
berbahasa.[2]
Tidak ada yang
dapat hidup seorang diri. Seseorang pasti akan membutuhkan orang lain. Keberadaan
orang lain memunculkan adanya interaksi dan komunikasi. Bahasa merupakan salah
satu sarana dalam berkomunikasi. Pilihan kata sangat mempengaruhi dalam
berkomunikasi. Komunikasi pada hakikatnya adalah menyampaikan hasil pemikiran
seseorang yang diwujudkan dalam bentuk simbol bahasa. Pada dasarnya, komunikasi
merupakan penyampaian ide atau pikiran seseorang kepada orang lain. Hal yang
disampaikan dapat bersifat positif dan negatif. Komunikasi positif membawa
pada kebaikan sedangkan komunikasi negatif mengakibatkan pertentangan. Komunikasi
positif terwakili oleh bahasa atau kosakata yang baik. Pun komunikasi negatif terwakili
oleh pilihan kata yang kurang dan tidak sopan. Oleh karena itu, sedari awal
harus dibiasakan bertutur kata baik sehingga meskipun dalam keadaan marah dapat
tetap menggunakan bahasa yang baik.[3]
Penggunaan
bahasa ini tidak terlepas dari proses pemerolehan bahasa yang dialami manusia
dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Bahasa yang digunakan anak dari masa
kanak-kanaknya dan menjadi alat yang paling banyak digunakan dalam interaksi
sosialnya adalah bahasa pertamanya. Jika ada istilah pertama tentu ada istilah
bahasa kedua. Bahasa pertama (B1) merupakan bahasa yang paling dikuasai dan
paling sering digunakan oleh seseorang, sedangkan bahasa kedua merupakan bahasa
yang diperoleh melalui pembelajaran dan cenderung dipelajari dengan sengaja.
Bahasa kedua bukan berarti sebatas bahasa kedua, tetapi bahasa lain yang
dipelajari oleh seseorang entah itu satu bahasa, dua, maupun lebih dari itu.
Untuk pemerolehan dan pembelajaran bahasa kedua, kita tentunya harus mengetahui
lebih dalam mengenai pengenalan dan berbagai hipotesis mengenai permasalahan
tersebut.[4]
Oleh karena
itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai pemerolehan bahasa kedua (B2) dan
strateginya.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa itu pemerolehan
bahasa kedua?
2. Bagaimana
perbedaan antara pemerolehan bahasa pertama dan pemerolehan bahasa kedua?
3. Bagaimana
tahapan-tahapan dalam pemerolehan bahasa kedua?
4. Bagaimana
proses-proses pemerolehan bahasa kedua?
5. Bagaimana
teori-teori dalam pemerolehan bahasa kedua?
C.
Tujuan Penulisan
Makalah ini
ditulis secara umum tujuannya untuk memenuhi tugas mata kuliah علم
اللغة النفسي الإجتماعي. Adapun tujuan khusus
dari makalah ini diantaranya:
1.
Untuk mengetahui pemerolehan bahasa kedua
2.
Untuk mengetahui perbedaan antara pemerolehan bahasa pertama
dan pemerolehan bahasa kedua
3.
Untuk mengetahui tahapan-tahapan dalam pemerolehan bahasa kedua
4.
Untuk mengetahui proses-proses pemerolehan bahasa kedua
5.
Untuk mengetahui teori-teori dalam pemerolehan bahasa kedua.
D.
Manfaat Penulisan
Makalah
ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai bagaimana pemerolehan bahasa kedua dan memberikan informasi mengenai teori-teori yang
mendukung untuk mencapai pemerolehan bahasa kedua tersebut.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian dan Pemerolehan Bahasa Kedua (Second Language
Acquisition)
Dalam kehidupan
manusia, ada dua bahasa yang timbul di lingkungannya, yaitu bahasa pertama (B1)
dan bahasa kedua (B2). Bahasa kedua merupakan bahasa yang dipelajari oleh
seorang anak setelah menerima dan mempelajari bahasa yang diajarkan oleh ibunya.
Dalam pengertian lain, bahasa kedua adalah bahasa yang didapatkan dari
lingkungan di luar rumah, seperti lingkungan sekolah, tempat bermain, dan
lingkungan sosial.[1]
Menurut Stren (1983
dalam Akhadiah, S., dkk ,1997:2.2) menyamakan istilah bahasa kedua dengan
bahasa asing. Tetapi bagi kondisi di Indonesia kita perlu membedakan istilah
bahasa kedua dengan bahasa asing. Bagi kondisi di first languange yang
berwujud bahasa daerah tertentu, bahasa kedua second languange yang
berwujud bahasa Indonesia atau bahasa asing (foreign languange). Bahasa kedua
biasanya merupakan bahasa resmi di negara tertentu. Oleh sebab itu bahasa kedua
sangat diperlukan untuk kepentingan politik, ekonomi, dan pendidikan.[2]
Seperti diawal
telah disebutkann bahwa Bahasa kedua adalah bahasa yang dikuasai oleh seseorang
melalui belajar secara formal. Secara umum tipe pemerolehan bahasa kedua dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1.
Secara terpimpin
Pemerolehan
bahasa kedua secara terpimpin dilakukan melalui aktivitas pembelajaran, baik di
sekolah maupun kursus atau les. Bahasa yang dipelajari bersifat formal dan
baku.
2.
Secara alamiah
Pemerolehan
bahasa kedua secara alamiah dilakukan secara spontan.
3.
Secara terpimpin dan alamiah
Kunci
keberhasilan belajar bahasa kedua adalah kemauan belajar, keberanian
mempraktekkan dalam situasi real, dan keintensifan dalam berkomunikasi dengan
bahasa kedua.[3]
Adapun Istilah pemerolehan
bahasa dipakai untuk padanan kata dalam bahasa inggris yaitu acquisition
yakni proses pemerolehan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural
terhadap bahasa ibunya. Studi tentang pemerolehan bahasa kedua (asing) atau
disebut second language acquisition (SLA)/ foreign language acquisition (FLA)
dapat dipahami sebagai bidang ilmu intradisipliner yang berusaha untuk
mengungkap tentang faktor-faktor di luar bahasa terhadap proses pemerolehan
bahasa kedua (asing) seperti faktor psikis dan faktor sosial. Faktor-faktor
tersebut merupakan disiplin ilmu psikolinguistik, sosiolinguistik, ataupun
neurolinguistik yang mempengaruhi proses pemerolehan bahasa kedua (asing).[4]
Iskandarwassid
dan Sunendar mengartikan pemerolehan bahasa kedua (PBK) sebagai periode seorang
individu memperoleh bahasa atau kosakata baru. Menurut Saville-Troike (2006:
2), Second Language Acquisition (SLA) refers both to the study of
individuals and groups who are learning a language subsequent to learning their
first ne as young children, and to the processof learning that language. Berdasarkan
penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pemerolehan bahasa kedua (PBK)
adalah kajian terhadap individu dan kelompok yang mempelajari suatu bahasa
sesudah bahasa pertama (B1) yang mereka peroleh di masa kanak-kanak, dan
terhadap proses pemerolehan bahasa kedua (B2) tersebut.[5]
Pemerolehan
bahasa kedua dimaknai saat seseorang memperoleh sebuah bahasa lain setelah
terlebih dahulu ia menguasai sampai batas tertentu bahasa pertamanya (bahasa
ibu). Khusus bagi kondisi di Indonesia, istilah bahasa pertama atau bahasa ibu,
bahasa asli atau bahasa utama, berwujud dalam bahasa daerah tertentu, sedangkan
bahasa kedua berwujud dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing. Tujuan
pengajaran bahasa asing kadang-kadang berbeda dengan pengajaran bahasa
kedua. Bahasa kedua biasanya merupakan bahasa resmi di negara tertentu,
oleh karenanya bahasa kedua sangat diperlukan untuk kepentingan politik,
ekonomi dan pendidikan.[6]
B.
Perbedaan antara pemerolehan bahasa pertama dan pemerolehan bahasa
kedua
Perbedaan
pemerolehan bahasa pertama dan kedua adalah:
1.
Penguasaan kemampuan bahasa
Dalam
pemerolehan bahasa pertama, penguasaan kemampuan berbahasa berlaku secara
bertahap. Contohnya; mulai dari mengeluarkan bunyi, kemudian mencantumkan unit
bunyi atau silabi, menjadi kata, setelah itu menjadi kata dalam berupa ungkapan
atau kalimat. Sedangkan dalam pemerolehan bahasa kedua adalah merupakan peoses
yang mekanis yang membentuk sikap baru yaitu kemampuan berbahasa yang baru
melalui memungut bahasa dan latihan-latihan yang diberikan untuk membentuk
kebiasaan berbahasa melalui belajar bahasa.
2.
Penguasaan aspek bahasa
Dalam
pemerolehan bahasa pertama setiap kemampuan berbahasa dapat dikuasai dengan
cara yang perlahan. Cara ini memperlihatkan bahwa beberapa aspek bahasa dapat
dikuasai secara sekaligus, contohnya bahasa mememiliki tataran dan aturan,
semuanya itu dapat dikuasai secara serentak oleh anakanak umpamanya bunyi,
kata, makna, dan penggunaanya dalam kalimat sekaligus. Sedangkan dalam
pemerolehan bahasa kedua, penguasaan kemampuan bahasa kedua melalui tahapan-tahapan
yang tidak bida sekaligus yakni dimulai dengan kemampuan menyimak atau
mendengar, kemudian berbicara, membaca, dan menulis.
3.
Penggunaan bahasa
Dalam
pemerolehan bahasa pertama, seorang anak memperoleh bahasa tanpa mengkaji tata
bahasa untuk menggunakan dan menguasai bahasa tersebut. Sementara dalam
pemerolehan bahasa kedua, seseorang anak akan ada pada tahapan belajara bahasa
untuk menyempurnakan pemerolehan bahasa kedua memlalui latihan-latihan dan
belajar mengenai kaidah-kaidah atau tata bahasa tersebut.
4.
Pelaku dalam pemerolehan bahasa
Dalam
pemerolehan bahasa pertama atau yang dikenal dengan bahasa ibu, bahasa
diperoleh melalui interaksi ibu dan anak serta anggota keluarga atau kelompok.
Sedangkan dalam pemerolehan bahasa kedua terjadi diperoleh dalam lingkungan
sosial yang lebih besar atau kelompok baru diluar keluarga atau kelompok
lainnya, memalau memunggut dan belajar bahasa.
5.
Cara pemerolehan
Dalam
pemerolehan bahasa pertama melalui proses yang tidak formal, sedangkan
pemerolehan bahasa kedua melalui cara alamiah dan cara formal.
6.
Fungsi pemerolehan bahasa
Dalam
pemerolehan bahasa pertama berfungsi sebagai pemerolehan bahasa untuk tujuan
berkomunikasi seeorang atau anak dengan ibu, keluarga atau kelompok kecil
terdekatnya, dan juga sebagai kemampuan anak untuk menciptakan identitas budaya
yang kuat. Sedangkan pemerolehan bahasa kedua biasanya berfungsi sebagai alat
komunikasi umum, untuk menyesuaikan diri terhadap lingkuangan dan tujuan
tertentu, seperti ilmu pengetahuan, pendidikan, sosial, dan ekonomi.[7]
C.
Tahapan-tahapan dalam pemerolehan bahasa kedua
Tahap pertama :
Preproduksi ( المرحلة
الصامتة)
Tahap awal
adalah preproduksi, yang dikenal juga dengan periode diam, di mana pelajar
tak banyak bicara karena mereka hanya memiliki kosakata reseptif hingga 500
kata. Tetapi, tidak semua pelajar melalui tahap periode
diam. Beberapa pelajar langsung memasuki tahap berbicara, meskipun
kata-kata yang mereka gunakan hanya meniru, bukan kreativitas
sendiri. Bagi para pelajar yang melewati periode diam, biasanya hal itu
hanya berjalan selama tiga sampai enam bulan.
Tahap kedua : Produksi awal (المرحلة
الإنتاج المبكر)
Tahap kedua
dari pemerolehan bahasa kedua adalah produksi awal, dimana dalam tahap ini
pelajar dapat berbicara dalam frasa pendek antara satu atau dua
kata. Mereka juga dapat mengingat potongan-potongan kata dalam bahasa
kedua, meskipun masih mengalami banyak kesulitan dan kesalahan saat
menggunakannya. Pelajar bahasa kedua dalam tahap ini telah memiliki baik
kosakata aktif dan pasif sekitar 1000 kata. Tahap ini normalnya
berlangsung selama enam bulan.
Tahap ketiga
: Awal bicara ( مرحلة
ظهور الكلام)
Tahap ketiga
adalah awal bicara. Kosakata pelajar bahasa kedua pada tahap ini meningkat
hingga 3000 kata, dan mereka mampu berkomunikasi menggunakan kalimat tanya
sederhana. Mereka juga masih mengalami kesalahan gramatika.
Tahap keempat :
Fasih ( الطلاقة
المتواسطة)
Tahap setelah
awal bicara adalah fasih menengah, yaitu tahap di mana pelajar telah memiliki
lebih dari 6000 kosakata, dan dapat menggunakan kalimat dengan struktur yang
lebih kompleks. Pada tahap ini juga mereka mampu berbagi pikiran dan pendapat. Namun,
tetap saja pelajar masih menemukan kesalahan selama membentuk kalimat-kalimat
kompleks.
Tahap kelima : Mahir النمو المتصل (المستمر)
Tahap terakhir
adalah mahir, yang biasanya tercapai antara lima sampai sepuluh tahun belajar
bahasa kedua. Pada tahap ini, kemampuan pelajar semakin dekat dengan penutur
asli.[8] Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Foreign Service Institute di Amerika, dari 63
bahasa yang dianalisis, lima bahasa tersulit untuk mencapai tingkat mahir,
terutama pada kemampuan membaca dan berbicara, adalah Bahasa Arab, Mandarin,
Jepang, dan Korea.Bahasa-bahasa tersebut membutuhkan sekitar 88 minggu atau
2200 jam untuk dikuasai.[9]
D.
Proses-proses pemerolehan bahasa kedua
Proses
pemerolehan bahasa kedua adalah sebagai berikut[10]:
a. Bagi sebagian besar anak Indonesia, bahasa Indonesia
bukan bahasa pertama mereka, melainkan bahasa kedua, atau ketiga.
c. Proses belajar terjadi secara formal, disengaja,
melalui interaksi edukatif, ada bimbingan, dan dilakukan dengan sadar.
d. Bahasa Pertama (B1) dan Bahasa Kedua (B2) didapat
bersama-sama atau dalam waktu berbeda. Jika didapat dalam waktu yang berbeda,
Bahasa Kedua (B2) didapat pada usia prasekolah atau pada usia Sekolah Dasar.
e. Bahasa Kedua (B2) dapat diperoleh di lingkungan Bahasa
Pertama (B1) dan Bahasa Kedua (B2). Jika diperoleh di lingkungan Bahasa
Pertama, Bahasa Kedua dipelajari melalui proses belajar formal; jika didapat di
lingkungan Bahasa Kedua, Bahasa Kedua didapat melalui interaksi tidak formal,
melalui keluarga, atau anggota masya-rakat Bahasa Kedua.
f. Belajar bahasa disengaja, misalnya karena menjadi
salah satu mata pelajaran di sekolah
g. Berlangsung setelah pelajar berada di sekolah dan lingkungan
sekolah sangat menentukan
h. Motivasi pelajar untuk mempelajarinya tidak sekuat
mempelajari bahas pertama. Motivasi itu misalnya ingin memperoleh nilai baik
pada waktuulangan atau ujian dan waktu belajar terbatas
i.
Pelajar
tidak mempunyai banyak waktu untuk mempraktikan bahasa yang dipelajari.
j.
Bahasa
pertama mempengaruhi proses belajar bahasa kedua.
k. Umur kritis mempelajari bahasa kedua kadang-kadang
telah lewat sehingga proses belajar bahasa kedua berlangsung lama.
l.
Disediakan
alat bantu belajar dan ada orang yang mengorganisasikannya, yakni guru dan
sekolah.
E.
Teori pemerolehan bahasa kedua
Telah banyak
dilakukan penelitian tentang pemeolehan B2. Ellis(1986) telah mengidentifikasi
tujuh teori pemerolehan B2 telah mengidentifikasi tujuh teori pemerolehan B2,
yang terdiri dari beberapa model, yaitu :
1.
Model
Akulturasi
Akulturasi
adalah proses adaptasi atau penyesuaian dengan kebudayaan baru. Akulturasi
ditentukan oleh jarak sosial dan jarak psikologis antara pembelajar(B1) dengan
budaya bahasa sasaran(B2).
Faktor-faktor yang menentukan jarak sosial antara kelompok
B1 dan B2 adalah :
a. Kesamaan derajat sosial
b. Timbulnuya keinginan asimilasi
c. Saling terlibatnya antar dua kelompok
d. Kelompok belajar B2 kecil dan kohesif
e. Kesesuaian budaya
f. Saling memiliki sikap positif
g. Lama tidaknya berasimilasi antara kelompok B1 da
B2
2. Teori Akomodasi
Teori
akomodasi menyatakan bahwa hubungan masyarakat B1 dengan B2 dalam berinteraksi
sangat menentukan pemerolehan B2. Faktor-faktor berikut akan mempermudah dan
mempengaruhi keberhasilan pembelajar dalam mempelajari B2.
a. Anggapan pembelajar B2 bahwa dirinya merupakan
anggota dari masyarakat B2
b.
Tidak memandang
rendah masyarakat B2
c.
Persepsi
pembelajar tentang pentingnya etnolinguistik
d.
Terbuka dan
ketat dalam mempersepsikan batas kelompok B1 dengan B2
e. Pembelajar B1 mengidentifikasi diri sama kuat dan
memuaskannya dengan kelompok sosial lainnya
3. Teori Wacana
Teori
wacana menekankan pentingnya pembelajar B2 menemukabn makna bahasa melalui
keterlibatannya dalam berkomunikasi. Teori wacana mempunyai sejumlah prinsip
utama berikut:
a. Pemerolehan B2 mengikuti urutan alamiah dalam
perkembangan sintaksis
b.
Penutur asli
akan menyesuaikan tuturannya untuk mencapai makna yang disepakati bersama
penutur nonasli
c.
Strategi
percakapan yang ditempuh untuk mencapai makna yang disepakati dan masukan
mempengaruhi kecepatan dan urutan pemerolehan data terbaik bagi pembelajar
4.
Model
Monitor
Teori ini
menyatakan bahwa tampilan berbahasa pembelajar (B2) ditentukan oleh cara mereka
menggunakan monitor (proses konstruksi kreatif). Penggunaan bahasa yang
berlebihan akan menghambat penguasaan bahasa pembelajar.
5. Model Kompetensi Variable
Teori
ini didasarkan pada pemikiran bahwa kemampuanan B2 dapat direfleksikan dari
bagaimana bahasa itu digunakan. Produk bahasa terdiri atas produk yang terencana
dan produk yang tidak terencana. Produk yang terencana adalah produk yang
sebelum diekspresikan terlebih dahulu dipikir secara matang, misalnya, pidato dalam
situasi resmi. Sebaliknya, produk yang tidak terencana adalah produk bahasa
yang tidak melalui pemikiran mendalam sebelum diekspresikan, misalnya,
percakapan spontanitas dalam percakapan sehari-hari. Model kompetensi variabel mengemukakan
prinsip-prinsip sebagai berikut.
1.
Pada diri pembelajar terdapat penyimpan pengetahuan tunggal.
Penyimpan ini berisi
kaidah bahasantara. Penyimpan ini lebih dekat dengan istilah kompetensi
yang sudah dikenal. Secara otomatis, penyimpan ini akan aktif jika
dieksploitasi untuk berlatih menggunakan B2.
1.
Pembelajar memiliki kemampuan menggunakan bahasa. Kemampuan itu berbentuk
proses wacana primer, proses wacana sekunder, dan proses kognitif.
Wujud wacana primer adalah penyederhanaan semantik. Wujud wacana
sekunder adalah penyuntingan performansi bahasa. Proses kognitif
terdiri atas pembangunan struktur konseptual pokok suatu pesan, pembandingan
struktur tersebut dengan kerangka acuan yang dipakai mitra bicara, serta
pengurangan unsur yang berlebihan dan unsur yang leksikalnya tidak tersedia.
2.
Performansi B2 merupakan variabel yang dihasilkan dari proses
primer dalam wacana yang
tidak terencana atau proses sekunder dari wacana terencana.
3.
Perkembangan kemampuanan B2 merupakan akibat dari kemampuanan
kaidah B2 yang baru melalui berbagai tipe wacana dan pengaktifan kaidah-kaidah B2 yang yang semula berbentuk tak teranalisis
yang takotomatis, sehingga dapat digunakan untuk wacana takterencana.
6. Hipotesis Universal
Hipotesis
universal menyatakan bahwa anak menemukan kaidah-kaidah bahasa dengan bentuk
gramatika universal, yakni gramatika inti. Hipotesis ini menyatakan
bahwa terdapat kesemestaan bahasa yang menentukan proses pemerolehan B2 seperti
berikut ini.
a.
Kesemestaan
bahasa membantu mengatasi hambatan yang berpotensi muncul dalam bahasa antara (interlangue)
b.
Pembelajar
akan merasa lebih mudah memperoleh pola-pola yang sesuai dengan kesemestaan
bahasa daripada yang tidak sesuai
c.
Apabila B1
menerapkan kesemestaan bahasa maka B1 cenderung akan membantu perkembangan
penguasaan bahasa antara melalui transfer
7. Teori Neurofungsional
Teori ini menyatakan adanya hubungan antara bahasa
dengan anatomi syaraf. Dua daerah otak. Dua daerah dalam otak, yaitu belahan
otak kanan dan belahan otak kiri, menentukan pemerolehan B2. Pemerolehan
B2 dapat diterangkan menurut fungsi syaraf dengan memperhatikan dua hal.
Pertama, fungsi syaraf yang mana yang digunakan untuk berkomunukasi. Kedua,
tingkatan
mana dalam system syaraf tersebut yang dilibatkan.[11]
BAB 3
KESIMPULAN
Dari
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pemerolehan bahasa kedua berbeda
dengan pemerolehan bahasa pertama. Pemerolehan bahasa kedua dimaknai saat
seseorang memperoleh sebuah bahasa lain setelah terlebih dahulu ia menguasai
sampai batas tertentu bahasa pertamanya (bahasa ibu). Khusus bagi kondisi di
Indonesia, istilah bahasa pertama atau bahasa ibu, bahasa asli atau bahasa
utama, berwujud dalam bahasa daerah tertentu, sedangkan bahasa kedua berwujud
dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing. Tujuan pengajaran bahasa asing
kadang-kadang berbeda dengan pengajaran bahasa
kedua. Bahasa kedua biasanya merupakan bahasa resmi di negara tertentu, oleh karenanya bahasa kedua sangat diperlukan
untuk kepentingan politik, ekonomi dan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz Bin
Ibrahim al-ashili. 2006. “Ilmu Lughah An-Nafsi”. Jami’ah Imam Muhammad
bin Syu’ud Al-Islamiyyah.
Kholid A.
Harras, Andika Dutha Bachari. “Dasar-dasar
Psikolinguistik”. Diterbitkan atas kerja sama antara Jurusan Pendidikan Bahasandan
Sastra Indonesia FPBS dan UPI PRESS
Iskandarwassid. 2008. “Strategi Pembelajaran Bahasa”, Bandung:
Rosadakarya.
Hartinah, siti.
D.S,M.M.2008.”Perkembangan Peserta Didik”,tegal: refika aditama
Alamsyah,
Teuku. 1997. “Pemerolehan
Bahasa Kedua (Second Language Acqusition)”. Diktat Kuliah Program S-2. Banda Aceh: Universitas Syiah
Kuala.
Ahmad Habibi
Syahid. 2015. “Bahasa Arab sebagai Bahasa Kedua (kajian teoritias
pemerolehan Bahasa Arab pada siswa Non-Native)”. Arabiyyat. 2 (1)
[1] http://theehendraaaa.blogspot.com/2015/01/makalah-tentang-bahasa-kedua.html (diakses 10
Desember 2018)
[2] http://theehendraaaa.blogspot.com/2015/01/makalah-tentang-bahasa-kedua.html (diakses 10
Desember 2018)
[3] http://eatlikevioletha.blogspot.com/2016/06/pemerolehan-bahasa-kedua.html (diakses 9
Desember 2018)
[4] Ahmad habibi
syahid. 2015. “bahasa Arab Sebagai Bahasa Kedua (kajian teoritis pemerolehan
bahasa arab pada siswa non-native)”. Al-arabiyyat 2 (1) 87
[5] http://utamisri179.blogspot.com/2014/01/pengenalan-pemerolehan-bahasa-kedua.html (diakses 9
Desember 2018)
[7] Uswatun Hasanah,
Azid Zainuri, alFiyatun Hasanah. 2013. “Pemerolehan bahasa Kedua”.
Makalah pada Ilmu An-Nafs Al-Lughawi 2013. IAIN Sunan Ampel Surabaya
[8] http://nilarukma.blogspot.com/2016/04/makalah-teori-pemilihan-bahasa-kedua.html (diakses 9
Desember 2018)
[9] http://ceeff.blogspot.com/2016/10/tahapan-pemerolehan-bahasa-kedua.html (diakses 10 Desember 2018)
[10] http://mywidiarti.blogspot.com/2017/02/bahasa-pertama-dan-bahasa-kedua-anak.html (diakses 9 Desember 2018)
[1] Daman Huri.
2014. “penguasaan kosakata kedwibahasaan anatara bahasa sunda dan bahasa
indonesia pada anak-anak: sebuah analisis deskriftif-komparatif.” Unsika,
Vol 2, 59
[3] Indrya
Mulyaningsih. 2016. “Pemerolehan Bahasa Anak Pada Usia Empat tahun Dengan
whole language.” 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar