Kamis, 28 Februari 2019

PEMEROLEHAN BAHASA KEDUA DAN TEORINYA

اكتساب اللغة الثانية ونظريتها
PEMEROLEHAN BAHASA KEDUA DAN TEORINYA

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah علم اللغة النفسي الاجتماعي
Dosen Pengampu: Dr. Budiasyah, MA








Oleh:
Dasep Bayu A
NIM: 21180120000010



PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI  SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2018 H/1440M
KATA PENGANTAR
الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ اْلإِيْمَانِ وَاْلإِسْلاَمِ. وَنُصَلِّيْ وَنُسَلِّمُ عَلَى خَيْرِ اْلأَنَامِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ:
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudulPemerolehan Bahasa Kedua (Bahasa Arab) dan Teorinya dengan tepat waktu.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai pemerolehan bahasa kedua (bahasa Arab) dan teorinya. penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah di buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan di masa yang akan datang.


Jakarta, Desember 2018
Penulis

Dasep Bayu A













BAB 1
Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Manusia lahir ke dunia ini disertai dengan bahasa sebagai salah satu keunggulan dari makhluk lainnya yang diciptakan Allâh Swt. Sehingga dengan bahasa ini menjadi salah satu ciri keistimewaan manusia. Bahasa dalam konteks kemanusiaan pada hakikatnya merupakan sesuatu yang mulia karena apabila manusia tanpa dibekali bahasa tak mungkin dapat melakukan kreativitas-kreativitas yang sangat berguna. Posisinya pun menjadi sangat sentral dalam kehidupan dari masa ke masa.[1]
Bahasa merupakan bagian sentral dalam kehidupan manusia. Manusia menggunakan bahasa tidak hanya sebatas survival layaknya binatang. Manusia menggunakan bahasa untuk berbagai segi dalam kehidupan. Oleh karena itu, manusia dibekali LAD (Language Acquisition Devicion) sehingga mampu mengembangkan diri dalam berbahasa.[2]
Tidak ada yang dapat hidup seorang diri. Seseorang pasti akan membutuhkan orang lain. Keberadaan orang lain memunculkan adanya interaksi dan komunikasi. Bahasa merupakan salah satu sarana dalam berkomunikasi. Pilihan kata sangat mempengaruhi dalam berkomunikasi. Komunikasi pada hakikatnya adalah menyampaikan hasil pemikiran seseorang yang diwujudkan dalam bentuk simbol bahasa. Pada dasarnya, komunikasi merupakan penyampaian ide atau pikiran seseorang kepada orang lain. Hal yang disampaikan dapat bersifat positif dan negatif. Komunikasi positif membawa pada kebaikan sedangkan komunikasi negatif mengakibatkan pertentangan. Komunikasi positif terwakili oleh bahasa atau kosakata yang baik. Pun komunikasi negatif terwakili oleh pilihan kata yang kurang dan tidak sopan. Oleh karena itu, sedari awal harus dibiasakan bertutur kata baik sehingga meskipun dalam keadaan marah dapat tetap menggunakan bahasa yang baik.[3]
Penggunaan bahasa ini tidak terlepas dari proses pemerolehan bahasa yang dialami manusia dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Bahasa yang digunakan anak dari masa kanak-kanaknya dan menjadi alat yang paling banyak digunakan dalam interaksi sosialnya adalah bahasa pertamanya. Jika ada istilah pertama tentu ada istilah bahasa kedua. Bahasa pertama (B1) merupakan bahasa yang paling dikuasai dan paling sering digunakan oleh seseorang, sedangkan bahasa kedua merupakan bahasa yang diperoleh melalui pembelajaran dan cenderung dipelajari dengan sengaja. Bahasa kedua bukan berarti sebatas bahasa kedua, tetapi bahasa lain yang dipelajari oleh seseorang entah itu satu bahasa, dua, maupun lebih dari itu. Untuk pemerolehan dan pembelajaran bahasa kedua, kita tentunya harus mengetahui lebih dalam mengenai pengenalan dan berbagai hipotesis mengenai permasalahan tersebut.[4]
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai pemerolehan bahasa kedua (B2) dan strateginya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu pemerolehan bahasa kedua?
2.      Bagaimana perbedaan antara pemerolehan bahasa pertama dan pemerolehan bahasa kedua?
3.      Bagaimana tahapan-tahapan dalam pemerolehan bahasa kedua?
4.      Bagaimana proses-proses pemerolehan bahasa kedua?
5.      Bagaimana teori-teori dalam pemerolehan bahasa kedua?
C.    Tujuan Penulisan
Makalah ini ditulis secara umum tujuannya untuk memenuhi tugas mata kuliah علم اللغة النفسي الإجتماعي. Adapun tujuan khusus dari makalah ini diantaranya:
1.      Untuk mengetahui pemerolehan bahasa kedua
2.      Untuk mengetahui perbedaan antara pemerolehan bahasa pertama dan pemerolehan bahasa kedua
3.      Untuk mengetahui tahapan-tahapan dalam pemerolehan bahasa kedua
4.      Untuk mengetahui proses-proses pemerolehan bahasa kedua
5.      Untuk mengetahui teori-teori dalam pemerolehan bahasa kedua.
D.    Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai bagaimana pemerolehan bahasa kedua dan memberikan informasi mengenai teori-teori yang mendukung untuk mencapai pemerolehan bahasa kedua tersebut.











BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian dan Pemerolehan Bahasa Kedua (Second Language Acquisition)
Dalam kehidupan manusia, ada dua bahasa yang timbul di lingkungannya, yaitu bahasa pertama (B1) dan bahasa kedua (B2). Bahasa kedua merupakan bahasa yang dipelajari oleh seorang anak setelah menerima dan mempelajari bahasa yang diajarkan oleh ibunya. Dalam pengertian lain, bahasa kedua adalah bahasa yang didapatkan dari lingkungan di luar rumah, seperti lingkungan sekolah, tempat bermain, dan lingkungan sosial.[1]
Menurut Stren (1983 dalam Akhadiah, S., dkk ,1997:2.2) menyamakan istilah bahasa kedua dengan bahasa asing. Tetapi bagi kondisi di Indonesia kita perlu membedakan istilah bahasa kedua dengan bahasa asing. Bagi kondisi di first languange yang berwujud bahasa daerah tertentu, bahasa kedua second languange yang berwujud bahasa Indonesia atau bahasa asing (foreign languange). Bahasa kedua biasanya merupakan bahasa resmi di negara tertentu. Oleh sebab itu bahasa kedua sangat diperlukan untuk kepentingan politik, ekonomi, dan pendidikan.[2]
Seperti diawal telah disebutkann bahwa Bahasa kedua  adalah bahasa yang dikuasai oleh seseorang melalui belajar secara formal. Secara umum tipe pemerolehan bahasa kedua dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1.      Secara terpimpin
Pemerolehan bahasa kedua secara terpimpin dilakukan melalui aktivitas pembelajaran, baik di sekolah maupun kursus atau les. Bahasa yang dipelajari bersifat formal dan baku.
2.      Secara alamiah
Pemerolehan bahasa kedua secara alamiah dilakukan secara spontan.
3.      Secara terpimpin dan alamiah
Kunci keberhasilan belajar bahasa kedua adalah kemauan belajar, keberanian mempraktekkan dalam situasi real, dan keintensifan dalam berkomunikasi dengan bahasa kedua.[3]
Adapun Istilah pemerolehan bahasa dipakai untuk padanan kata dalam bahasa inggris yaitu acquisition yakni proses pemerolehan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural terhadap bahasa ibunya. Studi tentang pemerolehan bahasa kedua (asing) atau disebut second language acquisition (SLA)/ foreign language acquisition (FLA) dapat dipahami sebagai bidang ilmu intradisipliner yang berusaha untuk mengungkap tentang faktor-faktor di luar bahasa terhadap proses pemerolehan bahasa kedua (asing) seperti faktor psikis dan faktor sosial. Faktor-faktor tersebut merupakan disiplin ilmu psikolinguistik, sosiolinguistik, ataupun neurolinguistik yang mempengaruhi proses pemerolehan bahasa kedua (asing).[4]
Iskandarwassid dan Sunendar mengartikan pemerolehan bahasa kedua (PBK) sebagai periode seorang individu memperoleh bahasa atau kosakata baru. Menurut Saville-Troike (2006: 2), Second Language Acquisition (SLA) refers both to the study of individuals and groups who are learning a language subsequent to learning their first ne as young children, and to the processof learning that language. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pemerolehan bahasa kedua (PBK) adalah kajian terhadap individu dan kelompok yang mempelajari suatu bahasa sesudah bahasa pertama (B1) yang mereka peroleh di masa kanak-kanak, dan terhadap proses pemerolehan bahasa kedua (B2) tersebut.[5]
Pemerolehan bahasa kedua dimaknai saat seseorang memperoleh sebuah bahasa lain setelah terlebih dahulu ia menguasai sampai batas tertentu bahasa pertamanya (bahasa ibu). Khusus bagi kondisi di Indonesia, istilah bahasa pertama atau bahasa ibu, bahasa asli atau bahasa utama, berwujud dalam bahasa daerah tertentu, sedangkan bahasa kedua berwujud dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing. Tujuan pengajaran bahasa asing kadang-kadang berbeda dengan pengajaran bahasa kedua. Bahasa kedua biasanya merupakan bahasa resmi di negara tertentu, oleh karenanya bahasa kedua sangat diperlukan untuk kepentingan politik, ekonomi dan pendidikan.[6]
B.     Perbedaan antara pemerolehan bahasa pertama dan pemerolehan bahasa kedua
Perbedaan pemerolehan bahasa pertama dan kedua adalah:
1.      Penguasaan kemampuan bahasa
Dalam pemerolehan bahasa pertama, penguasaan kemampuan berbahasa berlaku secara bertahap. Contohnya; mulai dari mengeluarkan bunyi, kemudian mencantumkan unit bunyi atau silabi, menjadi kata, setelah itu menjadi kata dalam berupa ungkapan atau kalimat. Sedangkan dalam pemerolehan bahasa kedua adalah merupakan peoses yang mekanis yang membentuk sikap baru yaitu kemampuan berbahasa yang baru melalui memungut bahasa dan latihan-latihan yang diberikan untuk membentuk kebiasaan berbahasa melalui belajar bahasa.
2.      Penguasaan aspek bahasa
Dalam pemerolehan bahasa pertama setiap kemampuan berbahasa dapat dikuasai dengan cara yang perlahan. Cara ini memperlihatkan bahwa beberapa aspek bahasa dapat dikuasai secara sekaligus, contohnya bahasa mememiliki tataran dan aturan, semuanya itu dapat dikuasai secara serentak oleh anakanak umpamanya bunyi, kata, makna, dan penggunaanya dalam kalimat sekaligus. Sedangkan dalam pemerolehan bahasa kedua, penguasaan kemampuan bahasa kedua melalui tahapan-tahapan yang tidak bida sekaligus yakni dimulai dengan kemampuan menyimak atau mendengar, kemudian berbicara, membaca, dan menulis.
3.      Penggunaan bahasa
Dalam pemerolehan bahasa pertama, seorang anak memperoleh bahasa tanpa mengkaji tata bahasa untuk menggunakan dan menguasai bahasa tersebut. Sementara dalam pemerolehan bahasa kedua, seseorang anak akan ada pada tahapan belajara bahasa untuk menyempurnakan pemerolehan bahasa kedua memlalui latihan-latihan dan belajar mengenai kaidah-kaidah atau tata bahasa tersebut.
4.      Pelaku dalam pemerolehan bahasa
Dalam pemerolehan bahasa pertama atau yang dikenal dengan bahasa ibu, bahasa diperoleh melalui interaksi ibu dan anak serta anggota keluarga atau kelompok. Sedangkan dalam pemerolehan bahasa kedua terjadi diperoleh dalam lingkungan sosial yang lebih besar atau kelompok baru diluar keluarga atau kelompok lainnya, memalau memunggut dan belajar bahasa.
5.      Cara pemerolehan
Dalam pemerolehan bahasa pertama melalui proses yang tidak formal, sedangkan pemerolehan bahasa kedua melalui cara alamiah dan cara formal.
6.      Fungsi pemerolehan bahasa
Dalam pemerolehan bahasa pertama berfungsi sebagai pemerolehan bahasa untuk tujuan berkomunikasi seeorang atau anak dengan ibu, keluarga atau kelompok kecil terdekatnya, dan juga sebagai kemampuan anak untuk menciptakan identitas budaya yang kuat. Sedangkan pemerolehan bahasa kedua biasanya berfungsi sebagai alat komunikasi umum, untuk menyesuaikan diri terhadap lingkuangan dan tujuan tertentu, seperti ilmu pengetahuan, pendidikan, sosial, dan ekonomi.[7]
C.    Tahapan-tahapan dalam pemerolehan bahasa kedua
Tahap pertama : Preproduksi ( المرحلة الصامتة)
Tahap awal adalah preproduksi, yang dikenal juga dengan periode diam, di mana pelajar tak banyak bicara karena mereka hanya memiliki kosakata reseptif hingga 500 kata. Tetapi, tidak semua pelajar melalui tahap periode diam. Beberapa pelajar langsung memasuki tahap berbicara, meskipun kata-kata yang mereka gunakan hanya meniru, bukan kreativitas sendiri. Bagi para pelajar yang melewati periode diam, biasanya hal itu hanya berjalan selama tiga sampai enam bulan.
Tahap kedua : Produksi awal  (المرحلة الإنتاج المبكر)
Tahap kedua dari pemerolehan bahasa kedua adalah produksi awal, dimana dalam tahap ini pelajar dapat berbicara dalam frasa pendek antara satu atau dua kata. Mereka juga dapat mengingat potongan-potongan kata dalam bahasa kedua, meskipun masih mengalami banyak kesulitan dan kesalahan saat menggunakannya. Pelajar bahasa kedua dalam tahap ini telah memiliki baik kosakata aktif dan pasif sekitar 1000 kata. Tahap ini normalnya berlangsung selama enam bulan.
Tahap ketiga : Awal bicara ( مرحلة ظهور الكلام)
Tahap ketiga adalah awal bicara. Kosakata pelajar bahasa kedua pada tahap ini meningkat hingga 3000 kata, dan mereka mampu berkomunikasi menggunakan kalimat tanya sederhana. Mereka juga masih mengalami kesalahan gramatika.
Tahap keempat : Fasih ( الطلاقة المتواسطة)
Tahap setelah awal bicara adalah fasih menengah, yaitu tahap di mana pelajar telah memiliki lebih dari 6000 kosakata, dan dapat menggunakan kalimat dengan struktur yang lebih kompleks. Pada tahap ini juga mereka mampu berbagi pikiran dan pendapat. Namun, tetap saja pelajar masih menemukan kesalahan selama membentuk kalimat-kalimat kompleks.
Tahap kelima : Mahir النمو المتصل (المستمر)
Tahap terakhir adalah mahir, yang biasanya tercapai antara lima sampai sepuluh tahun belajar bahasa kedua. Pada tahap ini, kemampuan pelajar semakin dekat dengan penutur asli.[8] Menurut penelitian yang dilakukan oleh Foreign Service Institute di Amerika, dari 63 bahasa yang dianalisis, lima bahasa tersulit untuk mencapai tingkat mahir, terutama pada kemampuan membaca dan berbicara, adalah Bahasa Arab, Mandarin, Jepang, dan Korea.Bahasa-bahasa tersebut membutuhkan sekitar 88 minggu atau 2200 jam untuk dikuasai.[9]
D.    Proses-proses pemerolehan bahasa kedua
Proses pemerolehan bahasa kedua adalah sebagai berikut[10]:
a.       Bagi sebagian besar anak Indonesia, bahasa Indonesia bukan bahasa pertama mereka, melainkan bahasa kedua, atau ketiga.
b.      Pengenalan/penguasaan bahasa kedua dapat terjadi melalui proses pemerolehan atau proses belajar.
c.       Proses belajar terjadi secara formal, disengaja, melalui interaksi edukatif, ada bimbingan, dan dilakukan dengan sadar.
d.      Bahasa Pertama (B1) dan Bahasa Kedua (B2) didapat bersama-sama atau dalam waktu berbeda. Jika didapat dalam waktu yang berbeda, Bahasa Kedua (B2) didapat pada usia prasekolah atau pada usia Sekolah Dasar.
e.       Bahasa Kedua (B2) dapat diperoleh di lingkungan Bahasa Pertama (B1) dan Bahasa Kedua (B2). Jika diperoleh di lingkungan Bahasa Pertama, Bahasa Kedua dipelajari melalui proses belajar formal; jika didapat di lingkungan Bahasa Kedua, Bahasa Kedua didapat melalui interaksi tidak formal, melalui keluarga, atau anggota masya-rakat Bahasa Kedua.
f.       Belajar bahasa disengaja, misalnya karena menjadi salah satu mata pelajaran di sekolah
g.      Berlangsung setelah pelajar berada di sekolah dan lingkungan sekolah sangat menentukan
h.      Motivasi pelajar untuk mempelajarinya tidak sekuat mempelajari bahas pertama. Motivasi itu misalnya ingin memperoleh nilai baik pada waktuulangan atau ujian dan waktu belajar terbatas
i.        Pelajar tidak mempunyai banyak waktu untuk mempraktikan bahasa yang dipelajari.
j.        Bahasa pertama mempengaruhi proses belajar bahasa kedua.
k.      Umur kritis mempelajari bahasa kedua kadang-kadang telah lewat sehingga proses belajar bahasa kedua berlangsung lama.
l.        Disediakan alat bantu belajar dan ada orang yang mengorganisasikannya, yakni guru dan sekolah.
E.     Teori pemerolehan bahasa kedua
Telah banyak dilakukan penelitian tentang pemeolehan B2. Ellis(1986) telah mengidentifikasi tujuh teori pemerolehan B2 telah mengidentifikasi tujuh teori pemerolehan B2, yang terdiri dari beberapa model, yaitu :
1.      Model Akulturasi
Akulturasi adalah proses adaptasi atau penyesuaian dengan kebudayaan baru. Akulturasi ditentukan oleh jarak sosial dan jarak psikologis antara pembelajar(B1) dengan budaya bahasa sasaran(B2). Faktor-faktor yang menentukan jarak sosial antara kelompok B1 dan B2 adalah :
a.       Kesamaan derajat sosial
b.      Timbulnuya keinginan asimilasi
c.       Saling terlibatnya antar dua kelompok
d.      Kelompok belajar B2 kecil dan kohesif
e.       Kesesuaian budaya
f.       Saling memiliki sikap positif
g.      Lama tidaknya berasimilasi antara kelompok B1 da B2
2.      Teori Akomodasi
Teori akomodasi menyatakan bahwa hubungan masyarakat B1 dengan B2 dalam berinteraksi sangat menentukan pemerolehan B2. Faktor-faktor berikut akan mempermudah dan mempengaruhi keberhasilan pembelajar dalam mempelajari B2.
a.       Anggapan pembelajar B2 bahwa dirinya merupakan anggota dari masyarakat B2
b.    Tidak memandang rendah masyarakat B2
c.    Persepsi pembelajar tentang pentingnya etnolinguistik
d.    Terbuka dan ketat dalam mempersepsikan batas kelompok B1 dengan B2
e.       Pembelajar B1 mengidentifikasi diri sama kuat dan memuaskannya dengan kelompok sosial lainnya
3.      Teori Wacana
Teori wacana menekankan pentingnya pembelajar B2 menemukabn makna bahasa melalui keterlibatannya dalam berkomunikasi. Teori wacana mempunyai sejumlah prinsip utama berikut:
a.       Pemerolehan B2 mengikuti urutan alamiah dalam perkembangan sintaksis
b.      Penutur asli akan menyesuaikan tuturannya untuk mencapai makna yang disepakati bersama penutur nonasli
c.       Strategi percakapan yang ditempuh untuk mencapai makna yang disepakati dan masukan mempengaruhi kecepatan dan urutan pemerolehan data terbaik bagi pembelajar
4.      Model Monitor
Teori ini menyatakan bahwa tampilan berbahasa pembelajar (B2) ditentukan oleh cara mereka menggunakan monitor (proses konstruksi kreatif). Penggunaan bahasa yang berlebihan akan menghambat penguasaan bahasa pembelajar.
5.      Model Kompetensi Variable
Teori ini didasarkan pada pemikiran bahwa kemampuanan B2 dapat direfleksikan dari bagaimana bahasa itu digunakan. Produk bahasa terdiri atas produk yang terencana dan produk yang tidak terencana. Produk yang terencana adalah produk yang sebelum diekspresikan terlebih dahulu dipikir secara matang, misalnya, pidato dalam situasi resmi. Sebaliknya, produk yang tidak terencana adalah produk bahasa yang tidak melalui pemikiran mendalam sebelum diekspresikan, misalnya, percakapan spontanitas dalam percakapan sehari-hari. Model kompetensi variabel mengemukakan prinsip-prinsip sebagai berikut.
1.      Pada diri pembelajar terdapat penyimpan pengetahuan tunggal. Penyimpan ini berisi kaidah bahasantara. Penyimpan ini lebih dekat dengan istilah kompetensi yang sudah dikenal. Secara otomatis, penyimpan ini akan aktif jika dieksploitasi untuk berlatih menggunakan B2.
1.      Pembelajar memiliki kemampuan menggunakan bahasa. Kemampuan itu berbentuk proses wacana primer, proses wacana sekunder, dan proses kognitif. Wujud wacana primer adalah penyederhanaan semantik. Wujud wacana sekunder adalah penyuntingan performansi bahasa. Proses kognitif terdiri atas pembangunan struktur konseptual pokok suatu pesan, pembandingan struktur tersebut dengan kerangka acuan yang dipakai mitra bicara, serta pengurangan unsur yang berlebihan dan unsur yang leksikalnya  tidak tersedia.
2.      Performansi B2 merupakan variabel yang dihasilkan dari proses primer dalam wacana yang tidak terencana atau proses sekunder dari wacana terencana.
3.      Perkembangan kemampuanan B2 merupakan akibat dari kemampuanan kaidah B2 yang baru melalui berbagai tipe wacana dan pengaktifan kaidah-kaidah  B2 yang yang semula berbentuk tak teranalisis yang takotomatis, sehingga dapat digunakan untuk wacana takterencana.
6.      Hipotesis Universal
Hipotesis universal menyatakan bahwa anak menemukan kaidah-kaidah bahasa dengan bentuk gramatika universal, yakni gramatika inti. Hipotesis ini menyatakan bahwa terdapat kesemestaan bahasa yang menentukan proses pemerolehan B2 seperti berikut ini.
a.       Kesemestaan bahasa membantu mengatasi hambatan yang berpotensi muncul dalam bahasa antara (interlangue)
b.      Pembelajar akan merasa lebih mudah memperoleh pola-pola yang sesuai dengan kesemestaan bahasa daripada yang tidak sesuai
c.       Apabila B1 menerapkan kesemestaan bahasa maka B1 cenderung akan membantu perkembangan penguasaan bahasa antara melalui transfer
7.      Teori Neurofungsional
Teori ini menyatakan adanya hubungan antara bahasa dengan anatomi syaraf. Dua daerah otak. Dua daerah dalam otak, yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri, menentukan pemerolehan B2. Pemerolehan B2 dapat diterangkan menurut fungsi syaraf dengan memperhatikan dua hal. Pertama, fungsi syaraf yang mana yang digunakan untuk berkomunukasi. Kedua, tingkatan mana dalam system syaraf tersebut yang dilibatkan.[11]







BAB 3
KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pemerolehan bahasa kedua berbeda dengan pemerolehan bahasa pertama. Pemerolehan bahasa kedua dimaknai saat seseorang memperoleh sebuah bahasa lain setelah terlebih dahulu ia menguasai sampai batas tertentu bahasa pertamanya (bahasa ibu). Khusus bagi kondisi di Indonesia, istilah bahasa pertama atau bahasa ibu, bahasa asli atau bahasa utama, berwujud dalam bahasa daerah tertentu, sedangkan bahasa kedua berwujud dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing. Tujuan pengajaran bahasa asing kadang-kadang berbeda dengan pengajaran bahasa kedua. Bahasa kedua biasanya merupakan bahasa resmi di negara tertentu, oleh karenanya bahasa kedua sangat diperlukan untuk kepentingan politik, ekonomi dan pendidikan.













DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz Bin Ibrahim al-ashili. 2006. “Ilmu Lughah An-Nafsi”. Jami’ah Imam Muhammad bin Syu’ud Al-Islamiyyah.
Kholid A. Harras, Andika Dutha Bachari. “Dasar-dasar Psikolinguistik”. Diterbitkan atas kerja sama antara Jurusan Pendidikan Bahasandan Sastra Indonesia FPBS dan UPI PRESS
Iskandarwassid. 2008. “Strategi Pembelajaran Bahasa”, Bandung: Rosadakarya.
Hartinah, siti. D.S,M.M.2008.”Perkembangan Peserta Didik”,tegal: refika aditama
Alamsyah, Teuku. 1997. Pemerolehan Bahasa Kedua (Second Language Acqusition). Diktat Kuliah Program S-2. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala.
Ahmad Habibi Syahid. 2015. “Bahasa Arab sebagai Bahasa Kedua (kajian teoritias pemerolehan Bahasa Arab pada siswa Non-Native)”. Arabiyyat. 2 (1)

[4] Ahmad habibi syahid. 2015. “bahasa Arab Sebagai Bahasa Kedua (kajian teoritis pemerolehan bahasa arab pada siswa non-native)”. Al-arabiyyat 2 (1) 87
[7] Uswatun Hasanah, Azid Zainuri, alFiyatun Hasanah. 2013. “Pemerolehan bahasa Kedua”. Makalah pada Ilmu An-Nafs Al-Lughawi 2013. IAIN Sunan Ampel Surabaya

[1] Daman Huri. 2014. “penguasaan kosakata kedwibahasaan anatara bahasa sunda dan bahasa indonesia pada anak-anak: sebuah analisis deskriftif-komparatif.” Unsika, Vol 2, 59
[3] Indrya Mulyaningsih. 2016. “Pemerolehan Bahasa Anak Pada Usia Empat tahun Dengan whole language.” 1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar